NAIRA...
“MAS ABIIIH...”
teriak naira
Teriakan adikku satu-satunya yang
selalu aku ingat sampai saat ini setelah 1tahun lalu dia dipanggil yang Kuasa. memang
khas sekali, selalu ada tambahan vokal “H” diakhir namaku yang sebenarnya namaku
abi, bukan abih. Aku selalu tertawa ketika dia memanggilku dengan tambahan
vokal itu..hehe
“mas abih...”
“iya? ada apa adikku tercinta? J “
“mas abih, hari ini mas ada kegiatan lagi ga?”
“engga ada, kenapa?”
“kita makan diluar
yuk!!!”
“oke, kita makan bebek sambel ijo kesukaan kamu yaa??”
“berangkattttttttttt!!!!
Naira
memang suka banget sama bebek sambel ijo, sedangkan aku tidak. Bebek sambel ijo
haha iya itu satu hal lagi yang aku ingat tentang naira, adikku yang dulu
sempat aku lupakan kalau aku mempunyai adik cantik,tulus,dan sangat peduli
terhadapku.
1 tahun
berlalu aku masih belum bisa merelakan naira pergi, naira begitu berharga buat
aku, dimasa-masa terpurukku akibat barang haram yang pernah menarik perhatianku
untuk mengkonsumsinya sampai hampir nyawaku terenggut oleh barang itu akibat
over dosis, hidupku telah hancur, aku lupa akan semuanya, sahabat, teman,
saudara, papah, mamah, dan adikku naira yang cantik itu, kuliahku berantakan,
pekerjaanku hilang. Hingga akhirnya aku dimasukkan ke panti rehabilitasi oleh
keluargaku.
Orang
tuaku tugas di malang, sedangkan aku dan naira tinggal di bandung. Dimasa-masa
aku rehab hanya naira yang setiap hari setia menemani ku, dia setiap hari
mengunjungiku ke panti, mengurusiku ketika aku sakaw dan merasakan sakit yang
amat sangat menyiksa diriku, Cuma naira.adikku yang aku lupakan itu.
Hari
itu pertama kali aku melihat mulut naira mengeluarkan darah, seusai kita
menghabiskan waktu di salah satu wahana rekreasi indoor di bandung, tapi naira
tetap memunculkan wajah cerianya. Tidak ada wajah menahan rasa sakit yang dia
munculkan. Dia hanya ingin aku melihat wajah cantiknya saja, tak ingin dia
merusak moment ini. Naira...
“ nai, kamu kenapa?kamu alergi apa?”
“nai gapapa mas, kecapean doang hehe”
“nai jangan bohong, kamu kenapa?”
“dibilang kecapean doang mas,”
“tapi darah yang keluar makin banyak nai, kita keluar ya,
kita kerumah sakit sekarang”
“engga usah maskuuu, kita lanjutin aja ya, abis ini udah
berenti kok darahnya”
Naira
masih bersikeras untuk melanjutkan perjalanannya dia di arena bermain itu,
padahal wajahnya sudah sangat pucat. Jahatnya aku mempunyai feeling kalau naira
tak lama akan jatuh pingsan dan ya!! Feelingku ternyata dirasakan oleh Tuhan
sehingga benar terjadi naira jatuh pingsan dengan muka yang dipenuhi darah
akibat pendarahan di hidung dan mulutnya.
“nairaaaaaaaaa...”
“nai, bangun nai...”
Naira langsung
masuk ke ruang ICU setelah sebelumya dia diberikan tindakan di ruang UGD. Aku bersegera menghadap ke dokter
untuk menanyakan keadaan adikku itu.
“dok, gimana dok keadaan adik saya?”
“keadaannya masih kurang baik, sepertinya dia tidak
melakukan kemoterapi kemarin ya?”
“kemo?maksudnya dok? Emang adik saya kenapa dok”
“lho? Anda tidak tahu?”
“tau apa dok?”
“adik anda mengidap leukemia stadium 2”
“leukemia dok?”
Aku ingin
marah pada Naira kenapa dia tidak pernah bilang kepadaku kalau dia mengidap
leukemia. Kenapa dia menyembunyikannya dariku? Jadi, dari dulu Naira duduk
dibangku 2 SMP dia sudah mengidap leukemia? Naira, aku menyayangimu...
Aku merasa
bersalah pada Naira, aku juga merasa bodoh kenapa dari dulu aku selalu iri dan
selalu merasa mamah papah pilih kasih pada Naira, mamah papah lebih
mementingkan Naira dibanding diriku, bahkan ketika aku rusak pun mamah dan
papah tetap mementingkan Naira karena mamah dan papah tahu kalau aku pasti bisa
sembuh sendiri dibanding Naira yang secara perlahan rapuh.
“nai, maafin mas ya..”
“maaf kenapa mas?mas udah tau ya?”
“maaf karna mas jahat sama kamu, maaf karna mas iri sama
kamu, maaf karna mas sempet benci sama kamu, maaf karna mas udah ngusir kamu
pas mas dipanti rehab. Maafin mas nai..”
“nai juga minta maaf sama mas abih yaa, nai ga bermaksud
buat mamah dan papah terfokus sama aku, aku udah bilang sama mamah dan papah
untuk fokus ke mas juga tapi mamah dan papah ngeyakinin aku kalo mas abih bisa
survive sendiri, mas abih pasti sembuh, mas abih pasti bisa jadi kakak yang
baik buat aku. Dan terbukti sekarang kalo ternyata bener, mas abih bisa, dan
mas abih the one and only i have.”
“jadi, selama ini kamu tiap hari kepanti rehab jengukin mas Cuma
karna biar mas ngerasa kalo mas ga kehilangan kasih sayang dari keluarga?”
“hehe..yaudah pokoknya mas jangan kayak dulu lagi yaa! Nai sayang
sama mas abih, nai gamau kehilangan sosok mas abih lagi Jangan benci sama nai
lagi ya mas..”
“mas janji mas ga akan seperti dulu lagi mas janji, demi
Tuhan mas janji”
“walaupun naira udah ga ada nanti ya mas?”
“kok kamu ngomongnya gitu?kamu harus sembuh pokoknya
harus!!!”
Keadaan
naira makin hari makin memburuk, ternyata leukemianya sudah naik ke stadium
lanjut dan sudah mulai menjalar ke organ lain. Aku tak kuasa melihat naira
dengan keadaan seperti ini tapi oh Tuhan naira masih bisa memberikan senyumnya
kepadaku setiap pagi. Senyum yang tak bisa aku relakan jika menghilang.
Tanggal
25 november naira akhirnya telah menang, dia sudah tak perlu lagi merasakan
sakit dia beristirahat dalam waktu yang panjang di sisi-Nya. Aku kali ini
benar-benar kehilangan senyumnya kehilangan manjanya, kehilangan Naira.
Sebelum
hari ini aku masih belum bisa menerima semuanya, aku masih terbelenggu oleh
naira. Tapi mulai hari ini tepat di satu tahun ini aku menemukan sosok naira
lagi di hidupku dengan raga yang berbeda tapi sorot matanya, senyumnya sama
seperti naira. Dialah Arsyila wanita yang sudah dua bulan ini menarik perhatianku
dan sebentar lagi beberapa menit lagi dia menjadi istriku dan duduk
disampingku.
“saya terima nikah dan kawinnya Arsyila Umar binti Umar
dengan mas kawin tersebut tunai”
“SAH”
Terdengar
samar-samar di telinga kananku suara Naira, “aku sayang mas abih”. Dalam hati
aku menyauti suara Naira itu “mas abih juga sayang kamu nai.”
“naira pasti senang dan bangga sama kamu mas abih” ucap
Arsyila
“tentu, terimakasih arsyila”
“Tuhan, maafkan aku karna aku belum bisa mengikhlaskan
kepergian naira, maafkan aku marah padamu, tapi Tuhan sekarang aku merelakan
naira untuk berada disisiMu. Aku titip Naira. Tuhan...”gumam dalam hatiku
“nai, mas ikhlas, terimakasih adikku...”
Komentar
Posting Komentar